Renungan Bijak Sosok Yang Muttaqin

Barangkali menjadi seorang yang Muttaqin (bertaqwa) menjadi impian sekaligus tolak ukur kadar keimanan seseorang dalam hidup beragama, menjalankan syariat Islam baik secara vertikal maupun Horizintal.

Lalu, apa sebenarnya makna Taqwa yang sesungguhnya?

Hampir setiap minggu, tepatnya saat menjalankan shalat jumat, khatib senantiasa mengawali khutbah jumat dengan ajakan untuk meningkatkan ketaqwaan.

renungan bijak sosok yang muttaqin

Dari sinilah kemudian banyak umat Islam yang mafhum betul atau sekedar tahu apa itu taqwa.

"Menjalankan segala perintah Nya dan menjauhi segala larangan Nya" - Itulah definisi taqwa yang sebetulnya tak perlu saya tuliskan tetapi jari saya begitu lancar untuk mengetik kata kata itu.

Dari sinilah kemudian muncul semacam paradigma yang begitu kental dengan sosok ideal seorang muslim syar'i, yaitu mereka yang senantiasa dekat dengan Masjid dan jauh dari segala bentuk urusan duniawi yang tak ada guna nya lagi menyesatkan.

Tapi benarkah sosok muslim yang syar'i (muttaqin) adalah meraka yang ibadahnya lancar?




# "Suatu saat saya berdecak kagum seraya mengagungkan asma Allah kala melihat seseorang yang begitu alim, menjalan ibadah, menebar kebaikan lewat lisan nya yang mulia, serta sikap dan perilaku nya turut menggambarkan sosok yang muttaqin.

Selain perasaan kagum, rasa segan juga muncul untuk orang-orang semacam ini. Sehingga tidak berlebihan jika saya katakan bahwa dari merekalah makna Islam yang Rahmatan Lil Alamin bisa kita peroleh."

# "Di lain kesempatan saya juga merasa iba melihat satu atau dua orang yang penuh ikhtiar dalam mengajak kepada kebaikan, berupa shalat misalnya, namun dirinya masih sangat jauh dari implementasi nilai-nilai ubudiyah itu.

Kita semua tahu bahwa tujuan tunggal dari shalat adalah amar ma'ruf nahi munkar - mengajak/membawa kepada kebaikan dan mencegah kebatilan. Namun yang menjadi problem saat ini adalah terkikisnya pengejawantahan nilai-nilai spiritual itu dalam praktik keseharian kita."

Dua kondisi ini kiranya bisa menjadi bahan renungan bagi kita bahwa penilaian terhadap sosok muslim yang syar'i (muttaqin) bukan hanya dilihat dari aspek ibadah vertikal semata. Atau bahasa gampangnya orang yang rajin shalatnya pasti orang yang bertaqwa.

Tidak segampang itu dalam menentukan dan memberi label ketaqwaan bagi seorang muslim. Terdapat begitu banyak kondisi dan sudut pandang yang harus kita perhatikan sebelum memberi kesimpulan semacam itu.

Jangan sampai kita terjebak dalam "fanatisme teologi keegoisan", di mana surga menjadi satu-satu nya tujuan kita dalam menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan Nya.

Saya tidak bermaksud mengajak anda untuk melupakan surga. Sama sekali tidak. Siapa sih manusia yang tidak menginginkan surga?

Semua umat manusia terkecuali atheis, pasti menginginkan surga sebagai bagian akhir dari proses kehidupan yang abadi.

Lalu apa maksud istilah "fanatisme teologi keegoisan" di atas?

Menjadikan surga sebagai tujuan dalam berbuat baik seperti shalat, sedeqah, dan berbagai bentuk kebaikan lainnya. Loh, kamu kok kaya liberal toh?

Bukan, bukan. Saya bukan seorang yang liberal atau apapun sebutan untuk seorang muslim yang "nyeleneh" otak dan hati nya. Begini loh, secara fundamental surga dan neraka adalah bentuk reward (hadiah/imbalan) dan punishment (hukuman, ganjaran) yang diberikan Tuhan kepada setiap manusia di muka bumi ini.

Jika dalam dunia kerja ada reward and punishment yang diberikan bos kepada karyawannya, apakah karyawan-karyawan di kantor itu akan bekerja dengan baik dan ulet hanya karena berharap mendapat reward serta tidak terkena punishment?

Jika masih ada karyawan yang orientasi kerjanya karena  reward serta terhindar dari punishment, saya kira karyawan macam itulah yang harus segera di reduksi (PHK) agar tidak menghambat produktivitas serta memberikan efisiensi dan efektivitas bagi kantor yang bersangkutan. Setuju?

Nah jika setuju maka selamat sekarang kita sama-sama paham bahwa untuk mencapai derajat taqwa (produktivitas dalam beragama), maka orientasi kita bukan pada reward (surga) maupun punishment (neraka) melainkan pada Keridhaan Allah.




"Keridhaan Allah", inilah orientasi hakiki seorang muslim yang muttaqin yang selama ini sering dilupakan.

Padahal, dalam rumusan teologi Islam, seorang yang bertaqwa setidaknya akan melewati tiga fase yang mana "ridha" merupakan fase terakhir yangs seharusnya menjadi orientasi setiap muslim. Apa saja fase-fase itu?

# Taqwa, yaitu menjalankan segala perintah Nya dan menjauhi larangan Nya. Soal perintah dan larangan bisa kita dapatkan dalam sumber utama hukum Islam, Alquran, hadits, qiyas, ijma', dan fatwa-fatwa para ulama.

Puncak tertinggi dari Taqwa adalah tingkatan terendah dari iman

# Iman, merupakan keyakinan yang bersumber dari hati, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan.

Puncak tertinggi dari iman adalah tingkatan terendah dari ridha

# Ridha, yaitu bersyukur atas segala ujian yang diberikan Allah kepada kita.
Diberikan kemiskinan, bersyukur. Diberi kekayaan tetap bersyukur. Diberi kesehatan, bersyukur. Bahkan saat diberi musibah pun tetap bersyukur. inilah Ridha. Dan inilah tingkatan tertinggi dari taqwa. !

Dengan demikian, untuk menjadi seseorang yang muttaqin atau setidaknya menyebut orang lain bertaqwa, kita harus menggunakan fase di atas sebagai indikator utama. Sehingga kelak kita takkan terjebak dalam paradigma sempit berupa fanatisme teologi keegosian tadi.




Sekian tulisan yang bisa saya bagikan, mohon maaf jika terdapat perbedaan pandangan apalagi yang sempat mengikis kebenaran yang selama ini anda yakini. Namun saya percaya, bahwa anda adalah orang-orang bijak yang mampu menerima kebenaran tanpa memandang subjektivitas nisbi. Karena bagi orang bijak, tidak ada kebenaran absolut di dunia ini selain kebenaran akan keberadaan Tuhan dan eksistensi mantan, cie serius amat bacanya.....

Pengertian Tawakal dalam Islam


Tawakal artinya berserah diri kepada Allah swt. atas hasil usaha kita setelah berusaha dengan sungguh-sungguh dan berdo’a. Misalnya, akan menghadapi ulangan kamu sudah belajar dengan sungguh-sungguh dan mengerjakan soal-soal dengan cermat dan teliti. Setelah itu, kamu pasrah dan menyerahkan keputusan atas hasil usaha kamu kepada Allah swt. Contoh lain setelah seseorang bekerja mencari nafkah dengan sungguh-sungguh, hasilnya diserahkan kepada Allah swt. yang Maha Pemberi Rizki, Maha Pemurah, dan Maha Kaya.

Kepribadian tawakal ini merupakan salah satu akhlak terpuji. Sikap tawakal merupakan awal yang baik. Seandainya hasil yang diperoleh tidak memuaskan maka dapat diterima dengan lapang dada dan penuh kesabaran. Sebaliknya, jika hasil yang diterima sangat memuaskan maka kita tidak merasa sombong dan angkuh, karena hal itu semata-mata karunia dari Allah swt.

Ingat! Manusia hanya berkewajiban untuk berusaha. Sedangkan keputusan sepenuhnya di tangan Allah swt yang memiliki sifat wajib Maha Berkehendak (iradah) dan Maha Kuasa. Perhatikan firman Allah swt. dalam Surah al-Maidah ayat 11 berikut ini:


Artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah nikmat Allah (yang diberikan) kepadamu, ketika suatu kaum bermaksud hendak menyerangmu dengan tangannya, lalu Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allahlah hendaknya orang-orang beriman itu bertawakal”. (Q.S. al-Maidah/5: 11)

Sumber : Pendidikan Agama Islam SMP Kelas VIII, Loso, Samroni, Mulyadi

Pengertian Sikap Zuhud dalam Islam


Sikap zuhud merupakan salah satu sikap mulia yang diajarkan oleh Islam. Zuhud mengandung arti melepaskan diri dari keterikatan kepada dunia atau melepaskan diri dari diperbudak oleh dunia. Dengan demikian zuhud bukan berarti melepaskan diri terhadap kebutuhan dunia, karena hidup tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan. Namun, janganlah menganggap bahwa dunia adalah segala-galanya, sehingga lupa akhirat.

Orang yang zuhud disebut zahid. Sikap zuhud penting bagi setiap muslim. Setan selalu membisikkan agar semakin banyak yang didapat manusia, maka semakin banyak pula keinginanya terhadap yang lain. Setan menghendaki agar manusia menjadi makhluk yang serakah atau tamak.

Kebalikan dari sikap zuhud adalah sifat materialistis materi, dunia, dan harta benda adalah segala-galanya. Orang yang yang memiliki sifat materialistis artinya mempertimbangkan segala sesuatu hanya dari segi materi. Mereka menilai orang lain dengan ukuran materi, menilai diri sendiri juga dengan materi. Kebanyakan orang, karena terdorong nafsu setan maka kehidupanya hanya disibukkan untuk mencari kepuasan dunia. Bahkan terkadang banyak orang menjadi lupa terhadap dirinya sendiri karena mengejar dan mencari kebutuhan hidup dan mendewakan harta atau materi.

Pola hidup materialistis juga merupakan dampak atau pengaruh dari budaya dan pemikiran negeri barat. Mereka menganggap bahwa ukuran kehidupan adalah materi artinya, keberhasilan seseorang hanya diukur seberapa banyak materi yang diperolehnya. Mereka tidak peduli ajaran Islam dan aturan-aturan hukum Ajaran Islam tidak membenarkan kehidupan seseorang lebih cenderung kepada materi dunia, sehingga mengabaikan kehidupan akhirat, Allah swt., dan Rasul-Nya. Nilai-nilai ajaran agama dilecehkan dan berakibat pula kepada penderitaan orang lain.

Sebaliknya, Islam lebih menekankan terhadap pentingnya kehidupan akhirat. Materi atau harta yang dimiliki merupakan rizki dan karunia dari Allah swt. yang dipergunakan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah swt. dan Rasulnya mengajarkan kita untuk membuat keseimbangan antara kedua kehidupan, yaitu dunia dan akhirat. Allah swt. menegaskan hal tersebut dalam firman-Nya, dalam Surah al-Qasas ayat 77 yang berbunyi:


Artinya: ”Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. al-Qashash/28: 77)

Rasulullah bersabda:
Pengertian Sikap Zuhud dalam Islam

Artinya: “Diriwayatkan dari Anas r.a. katanya: Rasulullah saw. telah bersabda: Anak Adam menjadi semakin tua, tetapi ada dua perkara dari padanya yang akan menjadikanya semakin muda yaitu, tamak (rakus) kepada harta dan tamak kepada umur.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim)

Banyak orang memusatkan segala perhatiannya kepada kehidupan duniawi semata, menikmati kesenangan, dan kelezatan dunia sebagai pemuas nafsu. Pada akhirnya mereka menganggap tidak ada lagi akhirat dan tidak akan ada pertemuan dengan Allah swt. untuk mempertanggung jawabkan semua amal perbuatannya selama di dunia. Orang yang tidak percaya kepada pertemuanya dengan Allah swt., akan selalu berbuat dosa melakukan penjarah- an. Misalnya, harta negara, penipuan, pemerasan, berjudi, mabuk-mabukan/ narkoba, berzina, perusakan lingkungan.

Mereka menghalalkan segala cara dalam setiap perbuatannya. Orang yang tidak percaya kepada pertemuannya dengan Allah swt. cenderung kikir, bakhil, dan pelit dalam harta. Apapun uang akan menyumbang, tidak percaya akan hari pembalasan. ia lihat dari segi kemanfaatan bagi dirinya. Sekecil apapun yang ia keluarkan ia melihatnya dari status sosialnya. Semakin banyak orang mengagung-agungkanya semakin besar sumbangannya.

Orang-orang kafir tidak pernah menerapkan sifat zuhud. Tujuan hidup mereka hanyalah bersenang-senang menikmati kehidupan dunia sampai akhir kehidupanya dan mereka makan layaknya binatang. Perhatikan hadis berikut ini.

Artinya: “Orang beriman makan dengan satu usus, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus”. (H.R. al-Bukhari dan Muslim.)

Maksudnya, orang kafir itu mempunyai tujuh usus (perut) sebagai kinayah atau sindiran, bahwa mereka adalah orang-orang yang rakus.

Dengan demikian, zuhud bukan berarti tidak butuh dunia. Akan tetapi lebih menekan kepada hasrat menjauhkan diri dari kesenang- an dunia untuk mencapai kesenangan akhirat. Karunia yang berlimpah, dijadikan sarana untuk beribadah, berderma, bersedekah, zakat, membahagiakan keluarga, berbagi dengan orang lain, dan tujuan-tujuan mulia yang lain.

Zuhud bukan berarti harus hidup miskin. Orang kaya dapat menerapkan zuhud dengan meyakini bahwa harta yang dimiliki merupakan karunia dari Allah swt. Rejeki itu dipergunakan untuk mencapai ridha Allah swt. tidak untuk berfoya-foya. Demikian pula dengan orang yang hidup miskin juga dapat menerapkan zuhud. Mereka meyakini bahwa seberapapun rejeki yang didapat semua itu merupakan karunia Allah swt. yang harus disyukuri. Orang yang zuhud meyakini bahwa kebahagiaan di akhirat jauh lebih berarti dibandingkan dengan gemerlap dunia yang hanya sementara.

Sumber : Pendidikan Agama Islam SMP Kelas VIII, Loso, Samroni, Mulyadi

Al Qur’an sebagai Kitab Suci Umat Islam


Kitab suci Al Qur’an adalah kumpulan firman Allah swt. yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril yang ditulis di mushaf. Al Qur'an sebagai kitab suci Umat Islam ini diriwayatkan dengan mutawatir dan membacanya termasuk ibadah. Al Qur’an harus kita imani sebab Al Qur’an terjaga keasliannya sampai akhir zaman. Firman Allah swt. dalam Surah al-Hijr ayat 9 berikut ini:

Al Qur’an sebagai Kitab Suci Umat Islam
Artinya: ”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S. al-Hijr/15: 9)

Al Qur’an dapat digunakan sebagai pedoman, tuntunan dan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Berkat Al Qur’an manusia dapat terus mengembangkan ilmu pengetahuan untuk memenuhi keperluan hidupnya, seperti ilmu biologi, astronomi, dan lain-lain.

Kitab Al Qur’an adalah kitab yang paling lengkap dan paling terakhir diturunkan kepada umat manusia. Karena tidak ada lagi kitab sesudah Al Qur’an. Problem manusia saat itu tentu lebih banyak jika dibandingkan dengan umat terdahulu. Oleh karena itu, Al Qur’an diturunkan sebagai kitab yang paling lengkap jika dibanding kitab-kitab terdahulu. Oleh karena itu, pelajarilah Al Qur’an dan amalkanlah isi dan kandungannya.

Tugas

Seandainya kitab-kitab sebelum Al Qur’an pada saat ini masih ada dan masih terpelihara keasliannya. Bagaimana menurut pendapatmu?

Tahukah Kamu

Seorang ahli bedah Prancis, Prof. Dr. Maurice Bucalle memeluk agama Islam secara diam-diam. Sebelumnya, ia membaca dalam Al Qur’an bahwa Firaun itu mati karena tenggelam di laut (dengan shock yang berat). Jasadnya oleh Allah swt. diselamatkan (QS.Yunus : 92). Ia mencari mumi Firaun itu. Setelah ketemu, dilakukannya bedah mayat.

Hasilnya membuat ia terheran-heran, karena sel-sel Firaun menunjukkan bahwa kematiannya benar-benar karena tenggelam di laut dengan shock berat. Menemukan bukti ini ia yakin bahwa semua ayat-ayat Al Qur’an masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Ia lantas memeluk agama Islam.

Pengertian dan Macam-macam Huruf Qalqalah

Pengertian Qalqalah

Menurut bahasa qalqalah artinya pantulan gerak atau getaran suara. Menurut istilah qalqalah melafalkan huruf-huruf tertentu dalam satu kalimat dengan suara memantul dari makhrajnya karena huruf tersebut berharakat fathah, dammah atau kasrah yang dibaca sukun karena berhenti.

Dengan demikian bacaan qalqalah terjadi apabila :

  1. Huruf qalqalah berharakat sukun, atau
  2. Huruf qalqalah berharakat fathah, dammah, atau kasrah yang dibaca sukun karena waqaf (berhenti).

Adapun huruf qalqalah ada 5 (lima), yaitu:
Pengertian dan Macam-macam Huruf Qalqalah
Dikumpulkan menjadi:
Macam-macam Huruf Qalqalah

Macam-Macam Qalqalah

Bacaan qalqalah dibagi menjadi dua macam, yaitu Qalqalah Kubra dan Qalqalah Sugra.

a. Qalqalah Kubra : artinya Qalqalah Besar.
Qalqalah besar adalah huruf qalqalah yang terletak pada akhir kata yang dibaca sukun, baik karena memang berharakat sukun atau berharakat fathah, dammah, kasrah atau tanwin, tetapi dibaca waqaf (berhenti).

Cara membacanya harus lebih mantap dengan memantulkan suara dengan pantulan yang kuat.

Contoh :
Macam-macam Huruf Qalqalah
Pengertian dan Macam-macam Huruf Qalqalah


b. Qalqalah Sugra : artinya qalqalah kecil.
Qalqalah Sugra atau kecil adalah huruf qalqalah yang terletak di pertengahan kata yang berharakat sukun. Cara membacanya dengan pantulan yang tidak terlalu kuat.

Contoh :

Contoh: Dibaca bergetar, mantap, dan seperti membalik

Menerapkan Hukum Bacaan Qalqalah dalam Al-Qur’an


Carilah bacaan yang mengandung qalqalah kubra dan qalqalah . sugra dalam Q.S. al-‘Adiyat di bawah ini:

Menerapkan Hukum Bacaan Qalqalah dalam Al-Qur’an


Sumber :
Pendidikan Agama Islam SMP Kelas VIII, Loso, Samroni, Mulyadi

Puisi Islami Yang Bijak Mampu Menggetarkan Kalbu

Sajian kata kata bijak kali ini akan coba mengulas puisi islami yang disadur dari sebuah buku yang cukup fenomenal, yaitu Papyrus karya Fatin Hamama.

Puisi yang bernuansa islami ini bisa menjadi ladang untuk memahami keindahan dan kekayaan sajak serta sastra Islam yang begitu luas dan agung. Puisi layaknya hati yang mengungkapkan satu kata untuk sekian kalimat, untuk sekian makna.

pusis bijak islami

Kehadiran puisi selain sebagai karya sastra juga dimaksudkan untuk mengembalikan makna dan hikmah yang tergusur lantas hilang ditelan gelamornya dunia. Untuk itu, selamat bertawadhu (merendahkan hati), dan bacalah sajian puisi kehidupan islami berikut....




Al-Hadid

Ketika sepotong besi jadi tombak
besi tak pernah tahu
untuk apa dia dijadikan tombak

Ketika sepotong besi jadi pisau
pisau tak pernah tahu
untuk apa dia jadi pisau

Ketika sepotong besi jadi peniti
peniti tidak pernah tahu
untuk apa dia jadi peniti

Kecuali suatu hari tombak
dijadikan alat pembunuh
dan bersarang di jantung kiri
tombak mengeluh
aku tak ingin jadi seperti ini

Demikian pisau
ketika menemukan dirinya
di leher sebagai penebas
pisau mengaduh
aku tak bercita-cita jadi begini

Ketika besi yang menjadi senjata
berubah fungsi
diam-diam peniti mensyukuri
"aku menjadi, penyemat baju seorang sufi
setiap hari aku dibawa
rukuk sujud dan mensyukuri
nikmat Tuhan yang diberi
aku tidak ingin patah
biar berkarat aku ini"

Makna : Al hadid merupakan nama dalam sebuah surat dalam Al-Quran yang berarti besi. Maksud dari pusis al hadid di atas adalah sebuah benda (dalam hal ini besi) akan mengalami peralihan fungsi akibat tangan manusia. Seperti apapun peralihan fungsi itu, misal menjadi tombak, pisau, atau peniti, semuanya merupakan implementasi dari sifat manusia yang menggunakannya.


Luqman

Luqman yang hitam kulitnya
tapi tak kelam hatinya
pada suatu hari berkata pada anaknya

jangan kau sekutukan Tuhan anakku

bakti pada ayah ibu
di atas segala kepayahan dikandung dan dibesarkan
kamu

taati Tuhan
sekalipun ayah ibu menyesatkan
tak usah kau patuhi mereka
tapi tetap kau hormati keduanya

tak ada yang tersembunyi bagi tuhanmu
sekecil apapun perbuatanmu
Tuhan tahu dan pasti membalasi
mohon ampun atas segala dosa

dirikan shalat anakku
supaya kau terjauh dari yang mungkar
sabarlah atas takdir dan wajib Tuhanmu

jangan angkuh dan sombong
karena jelas Tuhanmu tak setuju

dan rendahkan suaramu anakku
agar jangan sampai seperti suara keledai dungu

Makna : Luqman meruapakn tokoh dalam sejarah dan dunia Islam yang bahkan namanya dikekalkan Allah Swt menjadi salah satu surat dalam Al-quran.

Puisi yang berjudul Luqman diatas pada dasarnya menjelaskan bagaimana nasehat Luqman kepada anaknya yang berisikan banyak nasehat kebajikan. Semisal jangan menjadi musyrik (menyekutukan Tuhan), berbakti kepada kedua orang tua, serta jangan menjadi manusia yang angkuh dan sombong.

Nasehat luqman tentu tidak hanya berlaku bagi anaknya melainkan bagi kita semuanya sebagai umat Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan.




Maryam

Kau Tahu Tuhan
betapa bersih tubuhku
betapa suci rahimku

tak mungkin terjadi
apa pun atas
diriku
kecuali atas
kuasa-Mu

kupeluk
malu
hanya karena-Mu
karena-Mu
Tuhanku

Makna : Puisi di atas menggambarkan penerimaan dan keikhlasan Maryam, seorang wanita mulia dan dimuliakan Tuhan, dalam mengemban takdir untuk melahirkan seorang anak tanpa bapak.

Meski harus menerima berbagai konsekuensi, namun Maryam tetap teguh akidahnya dan yakin bahwa tidak ada yang lebih agung dari rencana Tuhan.

Demikianlah sajian dari beberapa puisi islami di sertai makna singkat yang bisa kami sajikan, semoga bermanfaat bagi anda sekalian.




Cara Menasehati Anak Dalam Islam

Anak adalah buah hati impian jiwa untuk seluruh orang tua. Tidak ada orang tua yang ingin melihat anaknya berjalan ke jalan yang tidak diridhoi oleh Allah Swt. Tidak juga ingin melihat anak-anaknya mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Akan tetapi yang namanya kehidupan, tidak semuanya dapat berjalan baik sesuai dengan yang kita inginkan. Seorang anak selaku manusia kadang juga melaksanakan hal-hal yang kita anggap tidak baik selaku orang tua. Bagaimana cara menasehati anak secara baik ? Dalam menasehati atau menegur anak hendaknya orang tua memperhatikan hal-hal berikut ini.

1. Pendekatan Emosional.
Orang tua harus pintar pintar dalam melakukan pendekatan kepada anak saat anaknya melaksanakan kesalahan, jangan lansung dimarahi saat ia selesai melaksanakan kesalahan, tegur dengan tegas dan ajak ia duduk serta arahkan dengan baik, disaat inilah orang tua bisa mengistal dalam otak anak sebuah aplikasi kebaikan dan tatacara prilaku baik dan benar, sebab dalam keadaan ini sang anak tidak dalam keadaan tertekan.

Cara Menasehati Anak Dalam Islam

2. Berikan Motivasi
Salah satu yang membuat anak untuk berbuat baik adalah motivasi dari orang tua, nah dalam hal ini bisa dicontohkan jika anak renking satu dikelas nanti bapak kasih meja belajar, atau jika anak hafal AlQuran 10 Juz akan bapak umrohkan, dan sebaginya, ini adalah motivasi orang tua yang sangat ngefek dari pada motivasi yang ia dapat dari sekolah. dahulukan reward baru punishiment.

3. Jangan Pernah Membohongi Anak
Janganlah bohong kepada anak-anak, ketika anak tahu bahwa apa yang dikatakan orang tuanya adalah bohong, maka anak itu akan mencari orang yang lebih dipercaya di luar rumah. Nabi Muhammad SAW telah melarang orang tua berbohong kepada anaknya. Secara tidak lansung wibawa dari orang tua akan berkurang sebab kebohongan yang dilakukan orang tua, hal ini mengakibatkan anak sulit untuk dinasehati oleh orang tuanya.

4. Meninggikannya Baru Merendahkannya
Saat sang anak melakkukan kesalahan, hal yang sangat dilarang adalah menyebarkan keburukan anak itu, anak akan depresi jika mendengar keburukannya telah tersebar, orang tua sebagai pengayom anak wajib tahu carannya menghilangkan depresi pada anak. yaitu dengan cara membuatnya tinggi (dengan cara memuuji kelebihannya) dan lalu menjatuhkannya (mengungkit kejelekan yang baru ia lakukan secara rahasia dan lemah lembut), ini berfungsi sebagai pancingan motivasi anak, agar ia semakin malu dengan hal buruk dan bangga dengan hal baik. jika caranya terbalik maka hasilnya pun kemungkinan akan terbalik. ingat meninggikan dulu baru dijahtuhkan.

5. Dengarkan dia, Baru Bicara
Yang paling utama juga ini, orang tua membuka dengan pertanyaan sederhana lalu biarkan anak menjelaskan apa yang terjadi dan yang menurut ia benar. jika orang tua menemukan kesalahan dalam prilakua yang telah dijelaskannya, maka orang tua baru memberikan masukan dan petunjuk kepada anak, ini juga jangan sampai terbalik. maka dengarkan ia bicara baru orang tua yang bicara.

Nah itu tips memberikan masukan kepada anak, semoga orang tua bisa lebih mudah dalam memberikan nasehat kebaikan kepada anaknya dan menjaga anak anaknya dalam kebaikan. nah semua yang saya jelaskan diatas ada hubungannya dengan dalil dalil berikut :

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Artinya  : Setiap anak dilahirkan dalam keadaaan suci. maka orang tuanyalah yang mejadikan anak itu yahudi atau nashrani atau majusi (penyembah api). (H.R. Bukhari).

Cara Menasehati Teman

Sebagai makhluk sosial, kita tentu memiliki banyak teman. Kadang kala kita merasakan atau melihat teman kita melakukan kesalahan baik secara sebgaja atau tidak. Bagaimana cara kita menasehati teman kita tanpa melukai perasaannya ? Berikut ini adalah cara-cara dalam memberi nasehat kepada orang lan termasuk teman kita yang di sarikan dari buku berjudul: “Selembut Perkataan Nabimu – Kiat agar Nasihat Laksana Embun Yang Menyejukkan”, karya Muhammad Abu Shu’ailaik.

1. Ikhlaskan niat
Semata-mata untuk mengharapakan wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena yang demikian ini berarti pemberi nasehat akan mendapatkan ganjaran dari Allah Jalla wa ‘Ala, sehingga Allah pun akan membantu engkau agar orang yang dinasehati diberikan hidayah oleh-Nya.

2. Menasehati Secara Rahasia
Ini adalah adab yang kebanyakan dari kita tidaklah mengetahuinya. Perhatikanlah, bahwa penerima nasehat adalah orang yang sangat butuh untuk ditutupi segala keburukannya, dan diperbaiki kekurangan-kekurangannya. Maka, tidaklah nasehat akan mudah diterima bila disampaikan secara rahasia.

Imam Abu Hatim bin Hibban Al Busti rahimahumullahberkata: “Namun nasehat tidaklah wajib diberikan kecuali dengan cara rahasia. Karena orang yang menasehati saudaranya secara terang-terangan pada sejatinya ia telah memperburuknya (keadaan penerima nasehat). Barangsiapa yang memberinasehat secara rahasia, maka dia telah menghiasinya. Maka menyampaikan sesuatu kepada seseorang muslim dengan cara menghiasinya, lebih utama daripada bermaksud untuk memburukkannya”. (Raudhatul Uqala’, hlm 196)

3. Memberi nasehat dengan Halus, Penuh Adab dan Lemah Lembut.
Cara Menasehati TemanMengapa kita harus menasehati teman dengan halus, penuh adab dan lemah lembut? Hal ini dikarenakan memberi nasehat ibaratnya seperti membuka pintu. Sedangkan sebuah pintu tidak akan bisa dibuka kecuali dengan kunci yang pas & tepat. Maka pintu itu adalah hati, dan kuncinya adalah nasehat yang disampaikan dengan lemah lembut, santun, dan halus. Ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam:
Sesungguhnya kelemahlembutan tidaklah berada dalam sesuatu kecuali menghiasinya. Dan tidaklah terpisah dari sesuatu kecuali ia perburuk.” (HR. Muslim)

4. Tidak Memaksa

Orang yang menasehati tidaklah berhak sama sekali untuk menerima nasehatnya. Karena pemberi nasehat adalah seseorang yang membimbing menuju kebaikan. Sehingga hak pemberi nasehat hanyalah menyampaikan dan memberi arahan saja.

5. Memilih Waktu yang Tepat untuk Memberi Nasehat
Ibnu Mas’ud rodhiyallohu’anhu berkata:
Hati itu memiliki rasa suka dan keterbukaan. Hati juga memiliki kemalasan dan penolakan. Maka raihlah ketika ia suka dan menerima. Dan tinggalkanlah ia ketika ia malas dan menolak.” (Al –Adab Asy-Syar’iyyah, karya Ibnu Muflih)

Pengertian dan Contoh Teliti Dalam Kehidupan Sehari-hari

"Saat mengerjakan soal, kamu harus teliti". Kalimat tersebut sudah sangat familiar di telinga kita. Apakah teliti hanya kita lakukan saat mengerjakan sebuah soal? tentu saja tidak. Teliti diperlukan dalam banyak bidang kegiatan dalam kehidupan kita sehari-hari. Apa pengertian dari teliti? Apa keutamaan teliti dalam pandangan agama Islam? Apa pula contoh teliti dalam kehidupan sehari-hari? Mari kita bahas satu persatu.

1. Pengertian dan Contoh Teliti

Teliti berarti cermat dan saksama dalam menjalankan sesuatu. Orang yang teliti ditunjukkan dengan cermat, penuh minat, dan berhati-hati dalam menjalankan sesuatu agar tidak terjadi kesalahan. Lawan dari sifat teliti dan tekun adalah ceroboh atau teledor.
Pengertian dan Contoh Teliti Dalam Kehidupan Sehari-hari

Orang yang bersifat teliti selalu sabar dan tidak asal cepat dalam mengerjakan sesuatu. Termasuk dalam berbicara, kita tidak boleh ceroboh, tetapi wajib cermat. Hal ini sebagaimana diingatkan dalam Surah al-H ujurat  ayat 6 yang artinya, ”Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kalian tidak mencelakakan suatu kaum sebab kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kalian menyesali perbuatanmu itu.”

Syarat di atas memberi pesan kepada kita untuk selalu bersikap teliti dan hati-hati, termasuk dalam berucap. Sikap ceroboh dan teledor hanya menjadikan sesuatu tidak selesai dengan sempurna.

2. Keutamaan Teliti

Sifat teliti sangat penting dalam hidup sebab mengandung beberapa manfaat sebagai berikut.
  1. Terhindar dari kesalahan atau kekeliruan dalam melaksanakan sesuatu.
  2. Terhindar dari sifat suuzan atau jelek sangka pada orang lain. Orang yang teliti, saat menghadapi kegagalan tidak cepat-cepat menyalahkan orang lain.
  3. Meningkatkan kesempurnaan setiap pekerjaan. Orang yang teliti tidak suka menyelesaikan pekerjaan dengan setengah-setengah.
  4. Terhindar dari penyesalan akibat kegagalan yang disebabkan ketergesa-gesaan.

3. Bersikap Teliti dalam Keseharian

Sikap teliti biasanya dapat diwujudkan saat berkata dan mengerjakan sesuatu. Teliti dalam berbicara atau berkata, caranya antara lain sebagai berikut.
  1. Tidak berbicara yang dapat menyinggung orang lain.
  2. Menyampaikan informasi yang kebenarannya tidak diragukan lagi.
  3. Tidak berlebihan dalam berbicara.
  4. Tidak menuruti hawa nafsu saat berbicara.
  5. Istiqamah dan tidak munafik.
Bersikap teliti dalam mengerjakan sesuatu antara lain ditunjukkan dengan cara-cara sebagai berikut.
  1. Konsentrasi saat bekerja.
  2. Menyelesaikan segala urusan dengan tuntas.
  3. Berhati-hati dan tidak tergesa-gesa.
  4. Memiliki rencana matang dan prinsip baik dalam bekerja.
  5. Mendahulukan pekerjaan yang lebih penting daripada yang tidak perlu.
Bermuhasabah atau evaluasi diri sangat penting untuk kita lakukan. Misalnya untuk mengetahui ketelitian kita dalam menjalankan sesuatu. Cobalah kalian lakukan evaluasi diri, misalnya dengan pertolongan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
  1. Apakah kalian pernah bersikap atau berbuat ceroboh yang berakibat merugikan diri kalian sendiri?
  2. Apakah kalian pernah ceroboh dalam berkata, seperti berbohong, memfitnah, mengadu domba, dan berburuk sangka yang berakibat merugikan dirimu dan orang lain? Jika kalian merasa pernah melaksanakan hal-hal di atas, kalian perlu menunjukkan komitmen pribadi kalian untuk menjadi orang yang teliti dalam berkata atau berbuat pada masa depan. Catat komitmen kalian itu dalam selembar kertas agar kalian tidak lagi berbuat ceroboh.
Sumber : Pendidikan Agama Islam Kelas VII, Husni Thoyar

Pengertian Tekun dan Ulet dalam Agama Islam

Kata tekun dan ulet sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada kalimat "petani itu sangat tekun dalam bekerja sehingga akhirnya dia sukses" atau "Akbar awalnya adalah seorang pengusaha kecil, tapi berkat keuletannya akhirnya sekarang menjadi salah seorang pengusaha besar di Indonesia". Tapi apa sebenarnya yang dimaksud dengan tekun dan ulet itu?  bagaimana pengertian tekun dan ulet dalam sudut pandang agama Islam? Apa keutamaan tekun dan ulet dalam Islam? Bagaimana caranya bersikap tekun dan ulet dalam kehidupan sehari-hari? Mari kita bahasa satu persatu.

1. Pengertian dan Contoh Tekun serta Ulet

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tekun diartikan dengan rajin, keras hati, atau bersungguh-sungguh. Orang yang bersifat tekun ditunjukkan dengan kesungguhan dalam berusaha dan tetap bersemangat dalam menjalankan segala sesuatu. Jika menghadapi rintangan yang menghadang, orang yang tekun dan tidak mudah menyerah.

Ulet diartikan dengan kuat atau tidak mudah putus asa. Orang yang bersifat ulet berarti tidak mudah menyerah meskipun banyak hambatan yang harus dihadapi. Keyakinan bahwa usaha yang dilakukan akan menuai hasil dan tidak sia-sia, selalu dimiliki oleh orang yang ulet. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa antara sifat tekun dan ulet memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus ditunjukkan dengan sikap sungguh-sungguh dan tidak mudah menyerah.

Ketekunan dan keuletan merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh seseorang untuk meraih kesuksesan dalam hidup. Jika kerja keras, ketekunan, dan keuletan yang telah kita lakukan, ternyata belum membuahkan hasil yang memuaskan, tetap bersabar. Kita tidak boleh menyerah dan putus asa.

Dalam Al-Qur’an Allah secara tegas membenci orang-orang yang mudah menyerah dan putus asa. Simaklah firman Allah Swt. berikut.
Pengertian Tekun dan Ulet dalam Agama Islam
Artinya: . . . . Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir. (Q.S. Yusuf [12]: 87)

Sikap putus asa dalam menjalankan sesuatu bukan jalan keluar yang baik. Sesungguhnya kesulitan apa pun dapat diselesaikan secara baik, asalkan disertai usaha keras dan ketekunan. Sebuah pepatah Arab mengatakan:
Pengertian Tekun dan Ulet dalam Agama Islam
Artinya: Siapa yang berusaha dengan sungguh-sungguh akan mendapatkan hasil.

Berbeda dengan orang yang bersikap putus asa, ia akan menghentikan persoalannya dan tidak terselesaikan. Bahkan, ia dianggap sebagai orang yang tidak yakin pada kekuasaan dan kebesaran Allah sehingga digolongkan sebagai kaum kafir. Contoh perilaku tekun dan ulet dapat ditemukan dalam uraian berikut.
Syuaibah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Ia memiliki kelebihan dalam pelajaran bahasa Indonesia tetapi lemah dalam pelajaran matematika. Syuaibah tidak mau menyerah pada keadaan. Syuaibah belajar dengan sungguh-sungguh dan mengikuti les matematika. Berkat ketekunan dan keuletannya, nilai Syuaibah pada semester ini meningkat.

2. Keutamaan Tekun dan Ulet

Ketekunan dan keuletan dapat dilakukan dalam berbagai aktivitas, misalnya dalam belajar dan bekerja. Kedua sifat ini juga mengandung keutamaan-keutamaan tertentu, antara lain sebagai berikut.

  1. Menjadi orang yang disukai oleh Allah. Dalam salah satu hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim dijelaskan bahwa amalan yang disukai oleh Allah adalah yang dilakukan secara rajin.
  2. Memiliki perencanaan yang matang dalam menjalankan sesuatu.
  3. Pekerjaan menjadi cepat selesai sehingga tidak membuang waktu.
  4. Bersikap disiplin dalam menyelesaikan sesuatu. Dengan kedisiplinan, orang yang tekun memiliki target dan tujuan dalam menjalankan sesuatu.
  5. Tidak mudah bergantung pada orang lain. Orang yang tekun dan ulet dapat menyelesaikan urusannya tanpa bergantung kepada orang lain.
  6. Bersikap optimis dalam menjalani hidup. Orang yang tekun dan ulet memiliki kepercayaan diri dalam menjalankan sesuatu, tidak mudah menyerah. Ketekunan juga merupakan ajaran agama yang sangat penting untuk kita biasakan. Bahkan, dalam beribadah kita juga dianjurkan untuk bersifat sederhana dan tidak berlebihan. Kita tidak dianjurkan untuk berlebihan dalam beribadah sehingga melupakan urusan yang lain. Kita dianjurkan untuk beribadah secara tekun, meskipun berupa amalan yang sederhana.

3. Bersikap Tekun dan Ulet dalam Keseharian

Sikap tekun dan ulet merupakan syarat utama untuk meraih kesuksesan dalam hidup. Sikap tekun dan ulet dalam lingkungan keluarga dapat dilakukan dengan cara berikut.
  1. Menyelesaikan pekerjaan rumah yang menjadi tugas rutin.
  2. Berusaha menyelesaikan pekerjaan rumah yang menjadi tugasnya sendiri, tanpa tergantung kepada orang lain.
  3. Menjalankan semua kegiatan di rumah dengan cermat, misalnya dengan membagi waktu untuk belajar, membantu orang tua, dan kegiatan lain.

Dalam lingkungan sekolah, tekun dan ulet dapat dilakukan dengan cara berikut.
  1. Menjalankan peraturan sekolah dengan tertib.
  2. Menyelesaikan tugas sekolah dengan sempurna.
  3. Mendengarkan nasihat dan mematuhi perintah guru.

Dalam lingkungan masyarakat, tekun dan ulet dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
  1. Turut serta secara aktif dalam kegiatan yang berlangsung di tengah masyarakat.
  2. Menjaga ketertiban dan ketenangan di lingkungan sekitar.
  3. Bersikap peduli dan gemar menolong orang lain di lingkungan sekitar.

Sumber : Pendidikan Agama Islam Kelas VII, Husni Thoyar 

Keutamaan Menjenguk Orang Sakit dalam Islam

Walaupun bukan peramal, saya bisa memastikan bahwa anda pernah sakit, iya kan ? :D. Tentu kita sudah tahu bagaimana rasanya saat sakit, bukan saja secara jasmani, tapi secara rohani juga kita akan merasa terganggu. Saat sakit kita juga telah kelihangan banyak waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk aktifitas lain dalam kehidupan sehari-hari. baiklah, sekarang bagaimana jika keluarga kita yang sakit? atau tetangga ? atau teman ? Seharusnya kita juga bisa merasakan keadaan mereka. Terlebih lagi mereka yang dalam perawatan di RS atau sudah terbaring di rumah, biasanya tertekan oleh rasa sepi. Namun siapa sangka di balik tekanan itu, Allah hadir bersama mereka. Bagaimana keutamaan menjenguk orang sakit dalam Islam ?

Allah ta’ala memang terbiasa hadir bersama orang-orang yang sepi baik karena dizalimi atau sepi karena sakit. Pada mereka Allah hadir. Demikian Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari dalam kitab Irsyadul Ibadmengutip hadits qudsi yang diriwayatkan Imam Muslim sebegai berikut.

أخرج مسلم أن الله تعالى يقول يوم القيامة: يا ابن آدم مرضت فلم تعدني. قال: يا رب كيف أدعوك وأنت رب العالمين. قال: أما علمت أن عبدي فلانا مرض فلم تعدني. أما علمت أنك لو عدته لوجدتني عنده أي لوجدت عنده ثوبي الذي لا نهاية لعظمه.

Pada hari Kiamat Allah menegur seseorang, “Wahai anak Adam. Saat Aku sakit, kenapa kau tidak menjenguk-Ku?” Orang itu menjawab, “Wahai Tuhanku, bagaimana aku mendoakan-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan sekalian alam?” Allah menjawab, “Tidakkah kau tahu bahwa hamba-Ku si fulan itu sakit. Namun kau tidak menjenguk-Ku. Tahukah kau, kalau kau menjenguknya, kau akan mendapati Aku di sisinya.”

Maksudnya, “Kau akan mendapatkan ganjaran-Ku yang tak bertepi saking banyaknya.” HR Muslim.

Hadis qudsi ini menganjurkan kepada siapa saja untuk meluangkan waktu demi menjenguk kerabat atau sahabat yang sedang sakit. Di dalam hadis qudsi di atas, Allah menjanjikan Pahala Bagi yang menjenguk Orang Sakit, Pahala besar untuk mereka yang memberikan waktunya demi menghibur orang sakit. Karena, hati orang yang sakit akan merasa lapang ketika dijenguk.

Keutamaan Menjenguk Orang Sakit dalam IslamKalau tidak sempat menjenguk secara langsung karena keterbatasan jarak, kemampuan fisik lainnya, atau udzur lain, sekurangnya mereka menyampaikan doa via telpon atau pesan singkat dan titip salam kepada mereka yang akan menjenguk. Wallahu a‘lam.

Keutamaan Menjenguk Orang Sakit


Merupakan kebun surga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ عَادَ مَرِيْضًا لَمْ يَزَلْ فِي خُرْفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجِعَ
Siapa saja yang menjenguk orang sakit akan senantiasa berada di kebun surga sampai ia kembali. (HR. Muslim)

Maksudnya, orang yang menjenguk orang sakit akan memanen banyak pahala sebagaimana orang yang berada di kebun surga yang memanen buah-buahan surga.

Berada di dalam rahmat Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ عَادَ مَرِيْضًا خَاضَ فِي الرَّحْمَةِ، حَتَّى إِذَا قَعَدَ اِسْتَقَرَّ فِيْهَا
Siapa yang menjenguk orang sakit, ia akan masuk ke dalam rahmat (Allah), sehingga apabila duduk, ia akan berada di dalam rahmat tersebut. (HR. al-Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrad dan disahihkan al-Albani)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyampaikan:

مَنْ عَادَ مَرِيْضًا خَاضَ الرَّحْمَةَ، فَإِذَا جَلَسَ عِنْدَهُ اِسْتَقْنَعَ فِيْهَا، فَإِذَا خَرَجَ مِنْ عِنْدِهِ خَاضَ الرَّحْمَةَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى  بَيْتِهِ
Barang siapa yang menjenguk orang sakit, ia masuk ke dalam rahmat (Allah). Apabila duduk di sisinya, ia merasa puas/tenang di dalam rahmat itu. Apabila keluar darinya ia senantiasa berada di dalam rahmat itu hingga ia pulang ke rumahnya. (HR. Ibnu Abdil Barr di kitab at-Tamhid 24/273)

Berbuah banyak pahala dari Allah
Dalam sebuah hadis qudsi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: يَا ابْنَ آدَمَ، مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِيْ. قَالَ: يَا رَبِّ، كَيْفَ أَعُوْدُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ؟ قَالَ: أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِيْ فُلاَنًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ، أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِيْ عِنْدَهُ
Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman pada hari kiamat: Wahai anak Adam, Aku sakit namun engkau tidak menjenguk-Ku. Ia berkata: Ya Rabb, bagaimana aku menjenguk-Mu sementara Engkau adalah Tuhan alam semesta? Allah berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku fulan sakit tapi engkau tidak menjenguknya, tidakkah engkau tahu, bila menjenguknya niscaya engkau akan mendapati-Ku ada di sisinya? (HR. Muslim)

Ulama menjelaskan, hadis ini tidak menunjukkan bahwa Allah benar-benar sakit, namun menunjukkan akan kemuliaan dan keutamaan hamba yang menjenguk saudaranya yang sedang sakit. Barang siapa yang menjenguk saudaranya yang sakit ia akan mendapatkan limpahan pahala dari sisi Allah azza wa jalla.

Mendapatkan doa kebaikan dari malaikat
Hal ini sebagaimana telah disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ أَتَى أَخَاهُ الْمُسْلِمَ عَائِدًا مَشَى فِي خَرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ، فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ
Barang siapa yang mendatangi saudaranya muslim (yang sakit) untuk menjenguknya, ia berjalan di atas kebun surga hingga ia duduk. Apabila ia duduk, rahmat (Allah) akan menyelimutinya. Bila waktu itu pagi hari, tujuh puluh ribu malaikat akan bersalawat kepadanya hingga sore hari, dan bila ia melakukannya di sore hari, tujuh puluh ribu malaikat tersebut akan bersalawat kepadanya hingga pagi hari. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Syaikh al-Albani berkata: Hadis sahih)

Malaikat bersalawat artinya mendoakan kebaikan bagi mereka.

Dalam riwayat Ibnu Majah disebutkan, para malaikat memohonkan ampun kepada Allah bagi siapa saja yang menjenguk orang yang sakit. (Diringkas dari kitab Kitab al-Adab karya Syaikh Fuad bin Abdul Aziz asy-Syalhub, hlm. 247-248, cetakan Darul Qasim)

Penyebab masuk surga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللَّهِ نَادَاهُ مُنَادٍ أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْزِلاً
Siapa yang menjenguk orang sakit atau berkunjung kepada saudaranya karena Allah, akan ada penyeru yang berseru, “Alangkah baiknya dirimu, alangkah baiknya langkahmu, engkau telah menempati tempat tinggal di surga”. (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Lihat: Sahih at-Tirmidzi, no. 1633. Lihat kitab Mausu’ah al-Adab al-Islamiyyah karya Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, hlm. 623)

Demikianlah beberapa keutamaan yang akan didapatkan oleh seorang muslim yang menjenguk saudara, teman, sahabat, atau siapa saja. Semoga tulisan singkat ini menjadi motivasi tersendiri bagi kita untuk bersegera menjenguk orang yang sakit. Silakan bersegera menjenguknya, limpahan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala telah menanti anda.



Sumber : 
www.duniaislam.org
abumusa81.wordpress.com

Perbedaan antara Hijab, Jilbab, Khimar Dan Kerudung

Seringkali disekitar kita bingung apasih Perbedaan Hijab, Jilbab, Khimar Dan Kerudung, apalagi yang sedang belajar memakai hijab tentu ingin mengetahui perbedaan itu.

Demi memenuhi penasaran para wanita muslim kali ini dunia islam akan membahas itu semua secara singkat dan semoga bisa mudah di pahami.

Apa Perbedaan Hijab Dan Jilbab ?

Hijab (bahasa Arab: حجاب ħijāb) adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti penghalang. Pada beberapa negara berbahasa Arab serta negara-negara Barat, kata “hijab” lebih sering merujuk kepada kerudung yang digunakan oleh wanita muslim. Namun dalam keilmuan Islam, hijab lebih tepat merujuk kepada tatacara berpakaian yang pantas sesuai dengan tuntunan agama.

Ada yang menyatakan juga bahwa setiap jilbab adalah hijab, tetapi tidak semua hijab itu jilbab, sebagaimana yang tampak. Seperti dijelaskan di atas, hijab berasal dari kata hajaban yang artinya menutupi, dengan kata lain al-Hijab adalah benda yang menutupi sesuatu.

Perbedaan antara Hijab, Jilbab, Khimar Dan KerudungHijab menurut Al Quran artinya penutup secara umum, bisa berupa tirai pembatas, kelambu, papan pembatas, dan pembatas atau aling-aling lainnya. Memang terkadang kata hijab dimaksudkan untuk makna jilbab.

Adapun makna lain dari hijab adalah sesuatu yang menutupi atau menghalangi dirinya. Di indonesia sendiri ada banyak macam – macam hijab.

Apa itu jilbab?

jilbāb (Arab: جلباب ) adalah busana muslim terusan panjang menutupi seluruh badan kecuali tangan, kaki dan wajah yang biasa dikenakan oleh para wanita muslim. Penggunaan jenis pakaian ini terkait dengan tuntunan syariat Islam untuk menggunakan pakaian yang menutup aurat atau dikenal dengan istilah hijab (dalam arti seperti ditunjukkan dalam pengertian hijab di atas).

Jadi, jilbab ialah pakaian yang longgar dan dijulurkan ke seluruh tubuh hingga mendekati tanah sehingga tidak membentuk lekuk tubuh. Hal ini tertuang dalam perintah Allah dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 59: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka…”

Secara terminologi, dalam kamus yang dianggap standar dalam Bahasa Arab, jilbab berarti selendang atau pakaian lebar yang dipakai wanita untuk menutupi kepada, dada dan bagian belakang tubuhnya. ( Baca juga : Perintah dan Hukum Memakai Jilbab Bagi Wanita Muslim )

Dapat kita ambil kesimpulan bahwa jilbab pada biasanya adalah pakaian yang lebar, longgar dan menutupi seluruh bagian tubuh. Sedangkan hijab adalah sesuatu pembatas atau aling-aling yang menutupi aurat. Memang terkadang kata hijab dimaksudkan untuk makna jilbab.

Apa itu khimar?

Khimar atau khumur atau kerudung/kudung di dalam Al-Qur’an disebut dengan istilah khumur, sebagaimana terdapat pada surat An Nuur ayat 31: “Hendaklah mereka menutupkan khumur (kerudung-nya) ke dadanya. (An Nuur :31)      ”

Khimar menutupi kepala, leher dan menjulur hingga menutupi dada wanita dari belakang atau dari depan (termasuk menutupi tulang selangka).

Khimar adalah pakaian atas atau penutup kepala. Desain pakaian ini yaitu menutupi kepala, leher dan menjulur hingga menutupi dada wanita dari belakang atau dari depan (termasuk menutupi tulang selangka).

Khimar ini tidak diikatkan ke leher seperti kerudung, sebab jika hal itu dilakukan, maka akan memperjelas bentuk lekuk dada dari wanita. Jadi khimar wajib menjulur lurus kebawah dari kepala ke seluruh dada tertutupi.

Khimar seringkali disebut kerudung, tapi sebenarnya berbeda. Perintah Khimar terdapat dalam QS An-Nur ayat 31. Khimar adalah apa yang dapat menutupi kepala, leher dan dada tanpa menutupi muka.

Apa beda khimar dan kerudung atau kudung?

Kerudung nyaris mirip dengan khimar, namun kerudung tidak dianjurkan dalam Islam. Sebab, desain kerudung hanya sebagai penutup kepala saja. Kerudung yang hanya sebagai penutup kepala, tidak sepanjang khimar yang mampu menutupi dada wanita sekaligus.

Kerudung hanya menutup kepala atau leher saja, akan tetapi bentuk lekuk tubuh pada bagian leher dan dada masih terlihat.

Demikianlah sedikit bahasan mengenai Perbedaan Hijab, Jilbab, Khimar Dan Kerudung yang semoga memiliki manfaat untuk kita semua. Aamiin

Sumber : http://www.duniaislam.org

Keutamaan Kerja Keras dalam Islam

Kerja keras sangat banyak memiliki keutamaan dalam syariat agama Islam  Bekerja keras sangat penting untuk dilakukan oleh setiap muslim dan muslimah. Di antara alasan pentingnya bekerja keras adalah hal-hal sebagai berikut.

  1. Menunjukkan telah mengoptimalkan potensi dirinya. Manusia telah dikaruniai akal, rasa, dan karsa sehingga wajib menjaga harkat dan martabat dirinya.
  2. Seseorang dapat mengubah nasib dirinya agar menjadi lebih baik. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Allah tak akan mengubah nasib suatu kaum hingga kaum itu sendiri yang mengubahnya.
  3. Menunjukkan sikap tanggung jawab dengan memenuhi kebutuhan dirinya sendiri.
  4. Dapat hidup mandiri sehingga tidak menjadi beban orang lain.
  5. Turut serta dalam memajukan lingkungan sekitar dan negara.
  6. Menunjukkan persiapan agar dapat menggapai kesuksesan pada hari esok. Pekerja keras selalu melaksanakan perencanaan dan usaha keras dalam hidupnya. Meskipun hasilnya tidak dapat dia petik langsung, tetap dapat dimanfaatkan untuk generasi sesudahnya.

Anjuran bekerja keras untuk mengubah nasib diri manusia dapat ditemukan dalam ayat Al-Qur’an yang berbunyi sebagai berikut.
Keutamaan Kerja Keras dalam Islam

Artinya: Sesungguhnya Allah tak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri . . . . (Q.S. ar-Ra‘d : 11)

Dengan berbagai keutamaan dari kerja keras, menunjukkan sifat ini sangat penting untuk dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bekerja keras kita akan dapat mendapat kesuksesan hidup di dunia dan akhirat.

Bekerja Keras dalam Keseharian


Sikap kerja keras wajib kita wujudkan dalam kehidupan nyata. Caranya adalah dengan dengan menjalankan sesuatu secara sungguh-sungguh, istiqamah, dan tidak mudah menyerah. Bekerja keras wajib dilakukan, walaupun memulainya dari hal-hal yang kecil dan terbatas. Sikap kerja keras dapat kita lakukan dalam berbagai lingkungan, misalnya keluarga, sekolah, atau masyarakat. Bekerja keras dalam lingkungan keluarga dapat dilakukan dengan cara berikut.

  1. Bekerja dengan sungguh-sungguh di rumah untuk membantu orang tua.
  2. Memanfaatkan waktu luang untuk belajar.
  3. Tidak membuang waktu untuk melaksanakan sesuatu yang tidak berguna.
  4. Membelanjakan uang dengan hati-hati dan gemar menabung.
  5. Berhemat dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan Sumber energi, seperti listrik, gas, bahan bakar minyak, dan air.


Bekerja keras juga wajib dilakukan dalam lingkungan sekolah dengan cara sebagai berikut.

  1. Giat dan bersemangat dalam belajar.
  2. Bersikap aktif dalam belajar, misalnya bertanya kepada guru mengenai materi yang akan dipahami.
  3. Tidak mudah putus asa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
  4. Tidak tergantung kepada orang lain dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah.
  5. Rajin mengikuti kegiatan ekstrakurikuler untuk meningkatkan prestasi diri.

Bekerja keras dalam lingkungan masyarakat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
  1. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat, seperti siskamling dan kerja bakti.
  2. Turut serta dalam menjaga ketertiban dalam bermasyarakat.
  3. Menjaga lingkungan agar tetap bersih dan asri.
  4. Bersikap ramah tamah, peduli, dan suka menolong pada masyarakat sekitar.
  5. Bersikap rendah hati dan tidak angkuh dalam setiap kesempatan.
Saat ini bangsa Indonesia sedang bekerja keras untuk kemajuan negara. Sebagai pelopor gerakan revolusi mental, pemerintah lewat K/L wajib melakukan tiga hal utama yaitu; bersinergi, membangun manajemen isu, dan terakhir penguatan kapasitas aparat negara. Setelah pembenahan ke dalam, dilakukan juga pembenahan ke luar lewat edukasi dan keterlibatan masyarakat. Gerakan revolusi mental terbukti berakibat positif pada kinerja pemerintahan Jokowi. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ada banyak prestasi yang diraih berkat semangat integritas, kerja keras, dan gotong royong dari aparat negara dan juga masyarakat. Ke depan, gerakan revolusi mental akan semakin digalakkan agar sembilan agenda prioritas pemerintah yang tertuang dalam Nawa Cita bisa terwujud. Kita selaku penduduk Indonesia wajib ikut berkeja keras untuk mendukung gerakan pemerintah itu.

Pahala Bekerja Keras

Memiliki semangat/etos kerja tinggi sangat diutamakan dalam ajaran Islam. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis yang artinya, ”Tidaklah seorang di antara kalian makan suatu makanan lebih baik daripada memakan dari hasil keringatnya sendiri.” (H.R. Baihaqi). Oleh sebab itu, Islam mendorong setiap manusia selalu bekerja keras serta bersungguh-sungguh mencurahkan tenaga dan kemampuannya dalam bekerja.

Begitu besar penghargaan Islam pada kesungguhan dalam bekerja, hingga Allah Swt. menempatkannya dalam kategori ibadah. Dengan demikian, tidak hanya keuntungan materiil yang didapat, tetapi juga pahala dari sisi Allah Swt. Bahkan, dalam beberapa hadis dikatakan, bahwa bekerja dengan sungguh-sungguh dapat menghapuskan dosa yang tidak bisa dihapus oleh aktivitas ibadah mahzah. Simaklah hadis berikut. ”Barang siapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang harinya, maka pada malam itu dia diampuni.” (H.R. Ahmad)

Dengan keutamaan di atas, tidak ada alasan untuk kita bermalas-malasan dalam menjalankan sesuatu, khususnya saat bekerja. Selain itu, sesuatu yang kita kerjakan seharusnya sesuatu baik dan bermanfaat, baik untuk diri sendiri atau orang lain. Kita tinggal dan hidup di Indonesia yang dikenal sebagai negeri bertanah subur. Sayangnya, dengan kesuburan tanahnya, sebagian masyarakat kita sudah cukup merasa puas sehingga tidak mau bangkit mengejar ketertinggalannya dengan bangsa-bangsa lain. Bagaimana agar masyarakat Indonesia terdorong untuk bekerja keras dalam membangun negeri?


Sumber : Pendidikan Agama Islam Kelas VII, Husni Thoyar

Pengertian Kerja Keras dan Contohnya Menurut Agama Islam

Alkisah, saat Rasulullah sedang dalam sebuah majelis bersama para sahabat tampak pemuda berbadan kekar dan kuat tengah sibuk bekerja. Dia berlalu lalang di sekitar rumah Rasulullah. Melihat sikapnya, salah seorang sahabat berkomentar, ”Wah, sayang sekali pemuda itu, sepagi ini sudah sibuk bekerja.” Sahabat tadi pun melanjutkan ucapannya, ”Seandainya saja, kekuatan tubuhnya, umur mudanya, dan kesempatan waktunya digunakan untuk jihad fi sabilillah, sungguh alangkah baiknya.” Mendengar ucapan sahabat, Rasulullah mengingatkan agar tidak berkata demikian. Mengapa Rasulullah bersabda seperti itu? Mari kita temukan jawabannya dalam artikel ini.

Pengertian Kerja Keras dalam Islam

Kerja keras dapat diartikan melaksanakan sesuatu dengan sungguh- sungguh untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau dicita-citakan. Kerja keras dapat dilakukan dalam segala hal, mungkin dalam bekerja mencari rezeki, menuntut ilmu, berkreasi, membantu orang lain, atau kegiatan yang lain.

Bekerja keras adalah salah satu ajaran Islam yang wajib dibiasakan oleh umatnya. Islam menganjurkan umatnya agar selalu bekerja keras untuk mencapai harapan dan cita-cita. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt. yang berbunyi seperti berikut.
Artinya: Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia . . . . (Q.S. al-Qasas [28]: 77)

Ayat 77 Surah al-Qasas  secara tegas mengingatkan bahwa kita dilarang hanya mementingkan kehidupan akhirat, dan melupakan kehidupan dunia. Islam mengajarkan agar manusia menjaga keseimbangan antara urusan dunia dan urusan akhirat. Bekerja untuk dunia wajib seim- bang dengan beribadah untuk akhirat. Khusus untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan dunia, syaratnya wajib dilakukan dengan usaha dan kerja keras.

Contoh Kerja Keras

Pengertian Kerja Keras dan Contohnya Menurut Agama IslamGiat dalam belajar adalah contoh kerja keras. Bekerja keras telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat. Rasulullah saw. bekerja keras dengan cara berdagang untuk membantu perekonomian Abu Talib. Usman bin Affan bekerja keras hingga menjadi pengusaha yang sukses. Contoh lain dapat ditemukan dalam sebuah hadis yang mengisahkan bahwa ada seorang sahabat yang ingin meninggalkan urusan dunia agar lebih khusyuk beribadah. Sahabat itu berniat terus-menerus berpuasa dan beribadah sepanjang hari. Mendengar khabar tersebut, Rasulullah bersabda bahwa orang-orang yang meninggalkan dunia dan lebih mengedepankan urusan akhirat, bukan termasuk golongannya.

Hadis lain yang menunjukkan pentingnya bekerja keras, seperti diriwayatkan oleh Imam Baihaqi bahwa Rasulullah pernah bersabda yang artinya ”Berbuatlah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari.” Dalam riwayat Imam Bukhari dijelaskan bahwa Rasulullah juga pernah mengingatkan para sahabat agar tidak mencari jalan termudah dalam bekerja, misalnya dengan cara meminta-minta. Orang yang saat di dunia memilih bekerja mencari rezeki dengan cara meminta-minta, pada hari akhir akan dibalas dengan meminta-minta panasnya api neraka.

Alkisah, suatu waktu Nabi bertemu dengan seorang sahabat yang bernama Sa'ad al-Anshari. Sahabat itu memperlihatkan tangannya yang melepuh karena kerja keras. Nabi bertanya, "mengapa tanganmu hitam, kasar dan melepuh?" Sa'ad menjawab, "tangan ini kupergunakan untuk mencari nafkah bagi keluargaku." Nabi yang mulia berkata, "ini tangan yang dicintai Allah," seraya mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh itu. Bayangkanlah, Nabi Muhammad Saw. yang tangannya selalu berebut untuk dicium oleh para sahabat, kini mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh. Agar semangat kerja keras selalu ada dalam diri, maka hendaknya kita beranggapan akan hidup selamanya.

Contoh lain dari kerja keras dapat ditemukan dalam uraian berikut. Fahmi duduk di kelas X Sekolah Menengah Atas di daerahnya. Sebagai seorang pelajar Fahmi selalu rajin belajar. Malam hari dia belajar dan siang hari sepulang sekolah dia mengerjakan tugas yang diberikan guru. Sisa waktu yang dimilikinya dipergunakan untuk membantu kedua orang tuanya yang berjualan dan belajar Al-Qur’an di masjid. Tidak ada sedikit pun waktu yang dibiarkannya berlalu tanpa sesuatu yang bermanfaat.


Sumber : Pendidikan Agama Islam Kelas VII, Husni Thoyar

Tata Cara Mengubur jenazah Menurut Agama Islam


Mengubur jenazah adalah prosesi terakhir dari perawatan jenazah. Hukumnya juga fardlu kifayah seperti tiga perawatan sebelumnya. Waktunya boleh siang dan boleh malam, asal tidak pas waktu matahari terbit, matahari terbenam, atau matahari tepat di atas kita (tengah hari). Hal-hal penting yang wajib diperhatikan dalam rangka tata cara mengubur jenazah menurut agama Islam adalah seperti berikut ini:

  1. Memperdalam galian lobang kubur agar tidak tercium bau si mayat dan tidak dapat dimakan oleh burung atau hewan pemahan bangkai.
  2. Cara menaruh mayat di kubur ada yang ditaruh di tepi lubang sebelah kiblat lalu di atasnya ditaruh papan kayu atau yang semacamnya dengan posisi agak condong agar tidak langsung tertimpa tanah saat mayat ditimbuni tanah. Bisa juga dengan cara lain dengan prinsip yang nyaris sama, misalnya dengan menggali di tengah-tengah dasar lobang kubur, lalu mayit ditaruh di dalam lobang itu, lalu di atasnya ditaruh semacam bata atau papan dari semen dalam posisi mendatar untuk penahan tanah timbunan. Cara ini dilakukan bila tanahnya gembur. Cara lain adalah dengan menaruh mayit dalam peti dan menanam peti itu dalam kubur.
  3. Cara memasukkan mayat ke kubur yang terbaik adalah dengan mendahulukan memasukkan kepala mayat dari arah kaki kubur.
  4. Mayat diletakkan miring ke kanan menghadap ke arah kiblat dengan menyandarkan tubuh sebelah kiri ke dinding kubur supaya tidak terlentang kembali.
  5. Para ulama menganjurkan supaya ditaruh tanah di bawah pipi mayat sebelah kanan setelah dibukakan kain kafannya dari pipi itu dan ditempelkan langsung ke tanah. Simpul tali yang mengikat kain kafan supaya dilepas.
  6. Waktu memasukkan mayat ke liang kubur dan meletakkannya dianjurkan membaca doa. 
    Tata Cara Mengubur jenazah Menurut Agama Islam
    Artinya: “Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah” (HR. at-Tirmidzi dan Abu Daud). 
  7. Untuk mayat perempuan, dianjurkan membentangkan kain di atas kuburnya pada waktu dimasukkan ke liang kubur. Sedang untuk mayat laki-laki tidak dianjurkan.
  8. Orang yang turun ke lobang kubur mayit perempuan untuk mengurusnya sebaiknya orang-orang yang semalamnya tidak mensetubuhi isteri mereka.
  9. Setelah mayat sudah diletakkan di liang kubur, dianjurkan untuk mencurahinya dengan tanah tiga kali dengan tangannya dari arah kepala mayit lalu ditimbuni tanah.
  10. Di atas kubur boleh dipasang nisan sebagai tanda. Yang dianjurkan, nisan ini tidak perlu ditulisi.
  11. Setelah selesai mengubur, dianjurkan untuk mendoakan mayat agar diampuni dosanya dan diteguhkan dalam menghadapi pertanyaan malaikat. 
  12. Dalam keadaan darurat boleh mengubur mayat lebih dari satu dalam satu lubang kubur.
  13. Mayat yang berada di tengah laut boleh dikubur di laut dengan cara dilempar ke tengah laut setelah selesai dilakukan perawatan sebelumnya. 

Beberapa larangan yang perlu diperhatikan terkait dengan mengubur jenazah di antaranya adalah:

  1. Jangan membuat bangunan di atas kubur
  2. Jangan mengapuri dan menulisi di atas kubur
  3. Jangan menjadikan tempat shalat di atas kubur
  4. Jangan duduk di atas kubur dan jangan berjalan di sela-sela kubur dengan memakai alas kaki
  5. Jangan menyembelih hewan di sisi kubur
  6. Jangan melaksanakan perbuatan-perbuatan di sekitar kubur yang didasari oleh sisa kepercayaan-kepercayaan lama yang tidak ada kebenarannya dalam Islam.


Sumber :
PERAWATAN JENAZAH, Dr. Marzuki, M.Ag.

Tata Cara Menshalatkan Jenazah beserta Doanya


Shalat jenazah adalah shalat yang dilakukan untuk mendoakan jenazah (mayat) seorang Muslim. Dalam berbagai haditsnya Nabi Muhammad Saw. memerintahkan kepada kita agar melaksanakan shalat jenazah ini jika di antara saudara kita yang Muslim meninggal dunia. Dari hadits-hadits itu jelaslah bahwa shalat jenazah itu sangat dianjurkan, walaupun anjuran untuk shalat jenazah ini tidak sampai wajib atau fardlu ‘ain. Hukum menshalatkan jenazah hanyalah fardlu kifayah.

Adapun yang diwajibkan untuk dishalatkan adalah jenazah orang Islam yang tidak mati syahid (mati dalam peperangan melawan musuh Islam). Terkait dengan hal ini Nabi bersabda: “Shalatkanlah olehmu orang yang mengucapkan ”la Ilaha illallah’ (Muslim)” (HR. ad-Daruquthni). Dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir, dia berkata: “Bahwa Nabi Saw. telah memerintahkan kepada para shahabat sehubungan dengan orang-orang yang mati dalam peperangan Uhud, supaya mereka dikuburkan beserta darah mereka, tidak perlu dimandikan dan tidak pula dishalatkan”. (HR. al-Bukhari). Hukum menshalatkan mayat adalah fardlu kifayah sebagaimana memandikan dan mengkafaninya. Menshalatkan mayat mempunyai keutamaan yang besar, baik untuk yang menshalatkan atau bagi mayat yang dishalatkan.

Keutamaan untuk yang menshalatkan mayat dinyatakan oleh Nabi Saw. dalam salah satu haditsnya:“Barang siapa menyaksikan jenazah sehingga dishalatkan, maka dia memperoleh pahala satu qirath. Dan barang siapa menyaksikannya sampai dikubur, maka dia memperoleh pahala dua qirath. Ditanyakan: “Berapakah dua qirath itu?” Jawab Nabi: “Seperti dua bukit yang besar” (HR. al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah).

Untuk shalat jenazah, perlu diperhatikan syarat-syarat tertentu. Syarat ini berlaku di luar pelaksanaan shalat. Syarat-syaratnya seperti berikut:

  1. Syarat-syarat yang berlaku untuk shalat berlaku untuk shalat jenazah.
  2. Mayat terlebih dahulu wajib dimandikan dan dikafani.
  3. Menaruh mayat hadir di muka orang yang menshalatkannya.

Adapun rukun shalat jenazah (yang berlangsung selama pelaksanaan shalat jenazah) adalah seperti berikut ini:

  1. Niat melaksanakan shalat jenazah semata-mata sebab Allah.
  2. Berdiri untuk orang yang mampu.
  3. Takbir (membaca Allahu Akbar) empat kali.
  4. Membaca surat al-Fatihah setelah takbir pertama.
  5. Membaca doa shalawat atas Nabi setelah takbir kedua.
  6. Berdoa untuk mayat dua kali setelah takbir ketiga dan keempat.
  7. Salam.


Dari rukun shalat jenazah di atas, maka cara melaksanakan shalat jenazah dapat dijelaskan seperti berikut ini:

a. Setelah memenuhi semua persyaratan untuk shalat, maka segeralah berdiri dan berniat untuk shalat jenazah dengan ikhlas semata-mata sebab Allah.
Contoh lafazh niat shalat jenazah:

Artinya: “Saya berniat shalat atas mayat ini dengan empat takbir sebagai fardlu kifayah, menjadi imam/ma’mum sebab Allah Ta’ala.

Jika jenazahnya perempuan, maka kata ‘hadzal mayyiti’ diganti dengan kata ‘hadzihil mayyitati’. Dan jika jenzahnya ghaib, maka ditambahkan setelah ‘hadzal mayyiti’ kata ‘ghaiban’ atau setelah ‘hadzihil mayyitati’ kata ‘ghaibatan’.

b. Setelah itu bertakbir dengan membaca Allahu Akbar.

c. Setelah takbir pertama lalu membaca surat al-Fatihah yang lalu disusul dengan takbir kedua.

d. Setelah takbir kedua lalu membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw. seperti:

Artinya: “Ya Allah, Rahmatilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah merahmati Ibrahim, dan berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrahim. Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung di dalam alam semesta” (HR. Muslim dari Ibnu Mas’ud).

e. Setelah itu takbir yang ketiga dan membaca doa. Lafazh doanya:

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia dan kasihanilah ia, sejahterakanlah dia dan maafkan kesalahannya ...” (HR. Muslim).

f. Setelah itu takbir yang keempat dan membaca doa lagi. Lafazh doanya:

Artinya: “Ya Allah, janganlah Engkau rugikan kami daripada memperoleh ganjarannya, dan janganlah Engkau beri kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia” (HR. al-Hakim).

g. Setelah itu mengucapkan salam dua kali sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam rangka pelaksanaan shalat jenazah di antaranya seperti berikut ini:

  1. Tempat berdirinya imam pada arah kepala mayat jika mayat itu laki-laki dan pada arah pantatnya (di tengah) jika perempuan.
  2. Mayat yang jumlahnya lebih dari satu dapat dishalatkan bersama-sama sekaligus dengan meletakkan mayat laki-laki dekat imam dan mayat perempuan dekat arah kiblat.
  3. Semakin banyak yang menshalatkan jenazah semakin besar terkabulnya permohonan ampun untuk si mayat. Nabi Saw. bersabda: “Tiada seorang laki- laki Muslim yang mati lalu berdiri menshalatkan jenazahnya empat puluh orang laki-laki yang tidak mensekutukan Allah kepada sesuatu, melainkan Allah menerima syafaat mereka kepada si mayat” (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Daud, dari Ibnu Abbas).
  4. Sebaiknya jama’ah shalat disusun paling tidak menjadi tiga baris.
  5. Mayat yang dishalatkan adalah mayat Muslim atau Muslimah selain yang mati syahid dan anak-anak.
  6. Bagi yang tidak dapat menshalatkan jenazah dengan hadir, maka dapat menshalatkannya dengan ghaib.
  7. Shalat jenazah dilakukan tanpa azan dan iqamah.

Sumber :
  • PERAWATAN JENAZAH, Dr. Marzuki, M.Ag.

Tata cara Mengkafani Jenazah Menurut Syariat Islam

Hukum mengkafani jenazah atau mayat juga fardlu kifayah. Mengkafani mayat berarti membungkus mayat dengan selembar kain atau lebih yang biasanya berwarna putih, setelah mayat selesai dimandikan dan sebelum dishalatkan serta dikubur. Mengkafani mayat sebenarnya sudah cukup dengan satu lembar kain saja yang dapat menutup seluruh tubuh si mayat. Namun kalau memungkinkan, hendaknya mengkafani mayat ini dilakukan dengan sebaik-baiknya. Karena itu dalam mengkafani mayat ini ikutilah petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Nabi Saw., di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Kafanilah mayat dengan sebaik-baiknya. Nabi Saw. bersabda: “Apabila salah seorang dari kamu mengkafani saudaranya, maka hendaklah ia mengkafaninya dengan baik” (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Daud dari Jabir).
  2. Pakailah kain kafan yang berwarna putih.
  3. Kafanilah mayat laki-laki dengan tiga lapis dan mayat perempuan dengan lima lapis. Lima lapis ini terdiri dari sarung, baju kurung, kerudung, lalu pembungkus dan kemudian dibungkus satu lapis lagi.
  4. Lulurlah mayat dengan semacam cendana, yaitu wangi-wangian yang biasa untuk mayat, kecuali mayat yang sedang berihram. 

Tata cara Mengkafani Jenazah Menurut Syariat Islam

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengkafani mayat adalah seperti berikut:
  1. Jangan mengkafani mayat secara berlebihan.
  2. Untuk mengkafani mayat yang sedang melakukan ihram, maka cukup dikafani dengan kain yang dipakainya untuk ihram. Bagi laki-laki tidak boleh ditutup kepalanya dan bagi perempuan tidak boleh ditutup mukanya serta tidak boleh diberi wangi-wangian.
  3. Bagi mayat yang mati syahid, cukup dikafani dengan kain yang menempel di tubuhnya ketika dia meninggal, meskipun banyak darah yang menempel di kainnya. Jika ada pakaian yang terbuat dari besi atau kulit, maka hendaknya ditanggalkan.
  4. Biaya kain kafan yang digunakan hendaknya diambil dari pokok harta peninggalan si mayat.

Alat-alat untuk mengkafani mayat

Alat-alat perlu disiapkan untuk mengkafani mayat di antaranya adalah seperti berikut:
a. Kain kafan kurang lebih 12 meter.
b. Kapas secukupnya.
c. Kapur barus yang telah dihaluskan.
d. Kayu cendana yang telah dihaluskan.
e. Sisir untuk menyisir rambut.
f. Tempat tidur atau meja untuk membentangkan kain kafan yang sudah dipotong-potong.

Cara membuat kain kafan

Cara membuat kain kafan bisa bermacam-macam. Di antara cara yang praktis adalah seperti berikut:

a. Guntinglah kain kafan menjadi beberapa bagian:
  1. Kain kafan sebanyak 3 helai sepanjang badan mayit ditambah 50 cm.
  2. Tali untuk pengikat sebanyak 8 helai: 7 helai untuk tali kain kafan dan satu helai untuk cawat. Lebar tali 5-7 cm.
  3. Kain untuk cawat. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 50 cm lalu dilipat menjadi tiga bagian yang sama. Salah satu ujungnya dilipat kira-kira 10 cm lalu digunting ujung kanan dan kirinya untuk lubang tali cawat. Lalu masukkanlah tali cawat pada lubang-lubang itu. Dalam cawat ini berilah kapas yang sudah ditaburi kapur barus atau cendana sepanjang cawat.
  4. Kain sorban atau kerudung. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 90/115 cm lalu melipatnya antara sudut yang satu dengan yang lain sehingga menjadi segi tiga. Sorban ini berguna untuk mengikat dagu mayit agar tidak terbuka.
  5. Sarung. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 125 cm atau lebih sesuai dengan ukuran mayit.
  6. Baju. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 150 cm atau lebih sesuai dengan ukuran mayit. Kain itu dilipat menjadi dua bagian yang sama. Lebar kain itu juga dilipat menjadi dua bagian sehingga membentuk empat persegi panjang. Lalu guntinglah sudut bagian tengah menjadi segi tiga. Bukalah bukalah kain itu sehingga bagian tengah kain akan kelihatan lubang berbentuk belah ketupat. Salah satu sisi dari lubang itu digunting lurus sampai pada bagian tepi, sehingga akan berbentuk sehelai baju.

b. Di samping kain kafan perlu juga disiapkan kapas yang sudah dipotong- potong untuk:
  1. Penutup wajah/muka. Kapas ini berbentuk bujur sangkar dengan ukuran sisi kira-kira 30 cm sebanyak satu helai.
  2. Bagian cawat sepanjang kira-kira 50 cm sebanyak satu helai.
  3. Bagian penutup persendian anggota badan berbentuk bujur sangkar dengan sisi kira-kira 15 cm sebanyak 25 helai.
  4. Penutup lubang hidung dan lubang telinga. Untuk ini buatlah kapas berbentuk bulat sebanyak 4 buah.

Di bagian atas kapas-kapas itu ditaburi kapur barus dan cendana yang sudah dihaluskan. Adapun cara mengkafani mayat dengan baik dan praktis adalah seperti berikut:
  1. Letakkan tali-tali pengikat kain kafan sebanyak 7 helai, dengan perkiraan yang akan ditali adalah: 1) bagian atas kepala 2) bagian bawah dagu 3) bagian bawah tangan yang sudah disedekapkan 4) bagian pantat 5) bagian lutut 6) bagian betis 7) bagian bawah telapak kaki.
  2. Bentangkan kain kafan dengan susunan antara lapis pertama dengan lapis lainnya tidak tertumpuk sejajar, tetapi tumpangkan sebagian saja, sedangkan lapis ketiga bentangkan di tengah-tengah.
  3. Taburkan pada kain kafan itu kapus barus yang sudah dihaluskan.
  4. Letakkan kain surban atau kerudung yang berbentuk segitiga dengan bagian alas di sebelah atas. Letak kerudung ini diperkirakan di bagian kepala mayit.
  5. Bentangkan kain baju yang sudah disiapkan. Lubang yang berbentuk belah ketupat untuk leher mayit. Bagian sisi yang digunting dihamparkan ke atas.
  6. Bentangkan kain sarung di tengah-tengah kain kafan. Letak kain sarung ini diperkirakan pada bagian pantat mayit.
  7. Bujurkan kain cawat di bagian tengah untuk menutup alat vital mayit.
  8. Lalu letakkan mayit membujur di atas kain kafan dalam tempat tertutup dan terselubung kain.
  9. Sisirlah rambut mayat tersebut ke belakang.
  10. Pasang cawat dan talikan pada bagian atas.
  11. Tutuplah lubang hidung dan lubang telinga dengan kapas yang bulat.
  12. Sedekapkan kedua tangan mayait dengan tangan kanan di atas tangan kirinya.
  13. Tutuplah persendian mayit dengan kapas-kapas yang telah ditaburi kapur barus dan cendana yang dihaluskan, seperti sendi jari kaki, mata kaki bagian dalam dan luar, lingkaran lutut kaki, sendi jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku, pangkal lengan dan ketiak, leher, dan wajah/muka.
  14. Lipatlah kain sarung yang sudah disiapkan.
  15. Kenakan baju yang sudah disiapkan dengan cara bagian sisi yang telah digunting diletakkan di atas dada dan tangan mayit.
  16. Ikatkan surban yang berbentuk segitiga dengan ikatan di bawah dagu.
  17. Lipatkan kain kafan melingkar ke seluruh tubuh mayit selapis demi selapis sambil ditarik ujung atas kepala dan ujung bawah kaki.
  18. Kemudian talikan dengan tali-tali yang sudah disiapkan. 

Sumber :
  • PERAWATAN JENAZAH, Dr. Marzuki, M.Ag.