Dylan Benson, seorang warga Kanada, mengungkapkan perasaan sedihnya di sebuah blog pribadi.
Pada akhir Desember tahun lalu Robyn, sang istri, mengalami pendarahan otak ketika masa kehamilannya berusia 22 minggu. Robyn mengalami muntah-muntah dan sakit kepala. Dylan menemukannya sudah tidak sadarkan diri sekembalinya dia dari apotik untuk membelikan istrinya obat.
Dari hasil pemeriksaan dokter, Robyn mengalami pendarahan otak di pusat otaknya yang menyebabkannya mengalami mati otak. Dokter pun mengupayakan untuk mempertahankan hidup Robyn demi menyelamatkan sang jabang bayi. Rencananya setelah usia kehamilannya dianggap cukup memadai, pihak rumah sakit akan melakukan bedah caesar.
“Di satu sisi, aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan putraku dan berusaha memberikan kehidupan yang terbaik untuknya dan akan mengupayakan sekeras yang kubisa untuk menjadi seorang ayah yang baik untuknya,” ujar pria ini di blognya. “Namun di sisi lain aku menyadari bahwa hari ketika putraku lahir atau keesokan harinya akan menjadi hari di mana aku mengucapkan perpisahan pada Robyn.”
Pada hari Sabtu malam tanggal 8 Februari kemarin, bedah caesar selesai dilakukan, dan alat bantu yang beberapa minggu ini membantu mempertahankan nyawa Robyn, dilepas pada Minggu keesokan harinya.
Ketika sang suami, Dylan, berjuang mengumpulkan dana untuk biaya rumah sakit mereka, Robyn juga mungkin berjuang dalam komanya agar bisa bertahan demi kelangsungan hidup bayinya.
Kata-Kata Bijak:
“Orangtua-lah yang satu-satunya berkewajiban mencintai kita, dan dari seluruh jagad raya, kita juga harus berupaya mendapatkannya.”
Kata-Kata Bijak:
“Orangtua-lah yang satu-satunya berkewajiban mencintai kita, dan dari seluruh jagad raya, kita juga harus berupaya mendapatkannya.”
Post a Comment